Pasti semua orang mendambakan hidup bahagia, tidak ada
manusia ingin hidupnya menderita dan susah. Persoalannya adalah banyak manusia
hidup bahagia hanya ukuran kebahagiaan dunia ini, seperti bagi orang Batak
sering disebut Berbahagialah (namartua molo nunga dapot hamoraon, hagabeon
dohot hasangapon). Memang kita bersukacita dan berbahagia bila Tuhan memberi
bagi kita kekayaan, keturunan, panjang umur, dan kesehatan, semuanya itu kita
syukuri, tetapi bukan menjadi ukuran kebahagian kekal, semuanya itu terbatas. Oleh
karena itu dimanakah kebahagian itu? Pemazmur disini mengajak kita bahwa
kebahagiaan yang kekal itu harus di dalam Tuhan. Kebahagiaan itu kita terima,
bila kita :
-
Tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, artinya
tidak seiring dan tidak mau kompromi dengan rencana orang-orang jahat.
-
Tidak berdiri di jalan orang berdosa, artinya tidak
sepakat dengan mereka yang hidupnya menyeleweng dari kehendak Allah.
-
Tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, artinya
menjauhkan persekutuan dengan orang-orang yang menjadi musuh Allah.
Dari sini jelas hidup kita ini diingatkan jangan mudah
terpengaruh dengan orang fasik, orang berdosa, orang pencemooh, jangan mudah
terpengaruhi dengan roh-roh zaman dan penyakit sosial masyarakat yang
berkembang sekarang. Tetapi hiduplah sesuai kehendak Allah, sebagaimana disebut
Roma 12 : 2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”. Jadi kebahagiaan
ini dapat kita terima bila kita benar-benar dapat membuat Taurat Tuhan (Firman
Tuhan) menjadi kesukaan yang setia untuk merenung, menghayati dan
melaksanakannya siang dan malam, membuat Firman Tuhan yang menjadi dasar
pedoman hidupnya sebagaimana disebut dalam Ulangan 6 : 7 “haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila
engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
berbaring dan apabila engkau bangun.”. Bagi orang yang kesukaannya Firman Tuhan
digambarkan seperti pohon yang ditanam ditepi aliran air, yang menghasilkan
buahnya pada musimnya dan tidak akan layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya
berhasil, artinya hidupnya diberkati Tuhan dan menjadi berkat bagi semua orang.
Untuk itu bagi kita sebagai anak-anak Tuhan, marilah kita senantiasa membuat
Firman Allah yang menjadi kesukaan kita, agar Tuhan setia memberkati dalam
segala pekerjaan kita dan hidup kita ini boleh mejadi saluran berkat bagi semua
orang. Marilah kita setia memberitakan FirmanNya, walaupun harus banyak
menderita tetapi bila kita tetap setia melakukannya kitalah yang berbahagia, sebagaimana
disebut dalam 1 Petrus 4 : 14 “Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena
nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.”. Kebahagiaan
yang kekal sudah disiapkan Yesus bagi kita, melalui kematian, kebangkitan dan
kenaikanNya ke surga, untuk itu hiduplah di dalam Tuhan. Amen
0 komentar:
Posting Komentar