Bagi kita orang Batak hubungan persaudaraan dan kekerabatan masih sangat erat, karena hubungan itu dibangun di atas marga melalui ikatan darah dan daging. Persaudaraan ini semakin nyata melalui falsafah Dalihan na tolu yaitu :” manat mardongan tubu, elek marboru dohot somba marhulahula”. Melalui falsafah inilah bagi kita orang Batak selalu terjalin hubungan persaudaraan, kekerabatan yang akrab diantara sesama kita. Hubungan persaudaraan dan kekerabatan itu sangat baik dan harus kita pertahankan, tetapi melalui firman ini, Yesus membuat suatu pembaharuan yaitu : persaudaraan keluarga yang baru dan sejati, yang bukan semata-mata diikat soal daging dan darah, tetapi orang yang melakukan kehendak Bapa. Awal dari cerita ini waktu Yesus mengajar di satu rumah yang sudah penuh orang banyak, maka datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus untuk menjumpai Yesus. Alasan keluarga untuk menjumpai Yesus adalah karena banyak orang yang sudah menduga bahwa Yesus sudah tidak waras lagi (sakit jiwa) bahkan ahli Taurat menyebut seperti iblis (ay. 20 – 23), sehingga mereka berusaha untuk menjumpainya dan ingin membawa Yesus pulang dari orang banyak yang telah dibuatnya menjadi resah karena tindakan dan perkataanNya. Sebagai kaum keluarga yang mengasihiNya, mereka kuatir apa yang diperbuatNya itu adalah menentang arus pemerintahan dan agama pada masa itu, terutama saat itu hubungan Yesus dengan tokoh-tokoh agama Yahudi telah tegang yang mana mereka berusaha untuk menangkap dan membunuh Yesus. Melalui dasar inilah kaum keluarga datang untuk menemui Yesus, tetapi apa yang terjadi? Pasti ibu dan saudara-saudaraNya Yesus merasa terkejut, kesal, kecewa, dimana Yesus mengatakan ay. 33 – 35, “: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." Melalui peristiwa ini apa yang mau dikatakan Yesus? Sebenarnya Yesus bukan tidak menghargai keluarga, justru menghargai keluarga seperti dalam Matius 15 : 4, Epesus 6 : 2, “Hormatilah ayahmu dan ibumu”, waktu Yesus dilahirkan, Ia mengatakan inilah anakMu, (Yoh. 19 : 26) dan perjamuan di Kana, Ia menolong keluarga dengan membuat air menjadi anggur (Yoh. 2 : 1 – 12). Jadi maksud Yesus dalam firman ini adalah Yesus membuat suatu persaudaraan keluarga yang baru dan sejati dalam arti selalu mendahulukan kehendak Allah Bapa, seperti dalam Matius 6 : 33, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Mendahulukan Kerajaan Allah harus menjadi prioritas utama dalam hidup ini, janganlah membiarkan hal-hal yang lain menghambat, mengganggu dan mengalihkan perhatian kita, sehingga terhalang melakukan kehendak Bapa. Bila kita lihat sekarang banyak orang yang tidak mendahulukan kerajaan Allah karena alasan tidak ada waktu apakah alasan sibuk dalam pekerjaan, keluarga, arisan, pesta-pesta adat, dll. Karena itulah Yesus mengajak kita agar senantiasa mendahulukan kerajaan Allah dan berbuat sesuai dengan kehendakNya, sehingga kitalah yang menjadi anak-anakNya dan yang layak menerima hidup yang kekal, sebagaimana kata Yesus dalam Matius 7 : 21, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga, untuk itu marilah kita senantiasa meningkatkan persaudaraan yang baru dengan Yesus dan berbuat sesuai dengan kehendakNya, Amen.
Pdt. R. Lumbantobing
0 komentar:
Posting Komentar